Pembaca Dapur Ima sudah pernah membaca buku Eating Clean ini? Saya memiliki buku ini awal Januari lalu dan sudah membacanya beberapa kali. Buku yang ditulis oleh mba Inge Tumiwa-Bachrens ini berisi pengalaman, informasi, dan tips seputar pola makan Eating Clean, sebuah pola makan sehat yang mba Inge jalankan bersama keluarga sejak September 2011 hingga sekarang dan hasilnya sangat positif bagi mba Inge sekeluarga.
Berikut langkah-langkah Eating Clean yang mba Inge terapkan dalam kehidupan sehari-hari:
- Berhenti berteman dengan makanan proses.
- Berhenti makan makanan cepat saji.
- Hindari gula.
- Ganti nasi putih dengan nasi merah.
- Berteman dengan serat.
- Ganti lemak jahat dengan lemak baik.
- Hindari makanan yang digoreng.
- Minum air putih.
- Kurangi konsumsi susu dan produk makanan yang terbuat dari susu.
- Membiasakan makan dengan cara sehat.
- Jangan lewatkan sarapan pagi.
- Makan camilan 2x sehari.
- Kurangi jajan, bawa bekal.
- Biasakan makan dengan keluarga di rumah.
- Masak dengan cara sehat di rumah.
- Susun menu makan keluarga yang sederhana dan sehat.
- Organik adalah pilihan yang lebih baik.
- Biasakan belanja sehat.
- Belajar dan biasakan membaca label pada kemasan makanan atau minuman proses.
- Jauhi tepung yang diproses.
Dengan menerapkan pola makan di atas selama 5 tahun terakhir, penyakit-penyakit yang menyerang mba Inge sekeluarga tidak lagi menghantui. Bila pembaca belum sempat membeli bukunya, bisa membaca info tentang buku ini di Project Eating Clean.
Pertama kali membaca buku ini, saya hanya bisa berkata kalau buku ini sangat bagus tanpa ada niat untuk ikut menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun ketika saya sakit lagi di awal bulan ini dan saya kembali membaca buku ini, saya menjadi galau dibuatnya. Pasalnya, saya sangat suka makan kue, sementara pola makan ini meminta kita untuk menghindari gula dan tepung proses. Duh, jadi gimana dong? Galau, galau dan galau diri ini memikirkannya.
Saya jadi berpikir kembali tentang Ima Kande Kande. Apakah jualan kue yang saya kerjakan sejak Desember 2016 lalu sudah benar atau saya malah menambah sumber penyakit? Ternyata meskipun tidak menggunakan bahan tambahan kimia lain seperti, pewarna, perasa, pengawet dan lainnya, kue-kue yang saya buat masih tidak bisa dikatakan bebas dari bahan-bahan tersebut apalagi masuk kategori makanan sehat. Itu sebabnya akhir-akhir ini saya jadi malas bebikinan di dapur kecuali membuat kue pesanan dan camilan saya beberapa hari terakhir menjadi pisang rebus saja tiap hari.
Saya sempat berpikir untuk berhenti jualan saja, meskipun salah satu cita-cita saya adalah punya toko kue sendiri suatu saat nanti, tapi kemudian saya galau lagi memikirkan pekerjaan lain yang mungkin bisa saya lakukan dengan kondisi seperti sekarang. Ya sudah, saya putuskan untuk tidak lagi promosi jualan kue-kue yang lain selain kue ulang tahun karena menurut saya kue ulang tahun kan tidak dimakan setiap hari, tapi hanya hari tertentu saja. Namun, bila ada pelanggan yang pesan kue selain kue ulang tahun, masih saya buatkan. Yeee...., sama aja bohong. Iya, saya tahu, tapi setidaknya saya tidak promosi lagi karena promosi itu mengundang pembeli yang lebih banyak. Semoga keputusan yang saya ambil ini sudah tepat walaupun sebenarnya masih menyisakan keraguan dalam hati ini.
Lalu, apakah saya akan berhenti bikin kue yang mengandung gula dan tepung proses? Untuk saat ini jawabannya belum, saya masih akan memilih membuat kue sendiri untuk dijadikan camilan daripada membeli makanan proses, meskipun sesekali masih beli kue-kue tradisional juga. Bagi saya hidup tanpa kue rasanya sungguh sangat tidak mungkin, walaupun di sisi lain saya juga ingin hidup sehat. Oleh karena itu, saya lakukan hal yang bisa saya lakukan saja dahulu, seperti mulai berteman dengan serat karena beberapa langkah yang lain sudah saya jalankan selama ini.
Bagaimana menurut mba Monic, mba Rini dan pembaca lainnya? Apakah jalan yang saya tempuh ini sudah lurus atau masih bengkok? Kalau ternyata masih bengkok, saya akan berusaha meluruskannya perlahan-lahan.
Demikian tulisan dan curahan hati saya kali ini, semoga bermanfaat dan tidak membuat pembaca jadi ikut-ikutan galau juga, heheheh.
Salam,
Dapur Ima
Saya sempat berpikir untuk berhenti jualan saja, meskipun salah satu cita-cita saya adalah punya toko kue sendiri suatu saat nanti, tapi kemudian saya galau lagi memikirkan pekerjaan lain yang mungkin bisa saya lakukan dengan kondisi seperti sekarang. Ya sudah, saya putuskan untuk tidak lagi promosi jualan kue-kue yang lain selain kue ulang tahun karena menurut saya kue ulang tahun kan tidak dimakan setiap hari, tapi hanya hari tertentu saja. Namun, bila ada pelanggan yang pesan kue selain kue ulang tahun, masih saya buatkan. Yeee...., sama aja bohong. Iya, saya tahu, tapi setidaknya saya tidak promosi lagi karena promosi itu mengundang pembeli yang lebih banyak. Semoga keputusan yang saya ambil ini sudah tepat walaupun sebenarnya masih menyisakan keraguan dalam hati ini.
Lalu, apakah saya akan berhenti bikin kue yang mengandung gula dan tepung proses? Untuk saat ini jawabannya belum, saya masih akan memilih membuat kue sendiri untuk dijadikan camilan daripada membeli makanan proses, meskipun sesekali masih beli kue-kue tradisional juga. Bagi saya hidup tanpa kue rasanya sungguh sangat tidak mungkin, walaupun di sisi lain saya juga ingin hidup sehat. Oleh karena itu, saya lakukan hal yang bisa saya lakukan saja dahulu, seperti mulai berteman dengan serat karena beberapa langkah yang lain sudah saya jalankan selama ini.
Bagaimana menurut mba Monic, mba Rini dan pembaca lainnya? Apakah jalan yang saya tempuh ini sudah lurus atau masih bengkok? Kalau ternyata masih bengkok, saya akan berusaha meluruskannya perlahan-lahan.
Demikian tulisan dan curahan hati saya kali ini, semoga bermanfaat dan tidak membuat pembaca jadi ikut-ikutan galau juga, heheheh.
Salam,
Dapur Ima
0 Response to "Eating Clean dan Curhat"
Post a Comment