Jualan Kue Ulang Tahun (14) & Cerpennya
Bersama kesulitan ada kemudahan, itu firman Tuhan. Bersama kerugian ada keuntungan dan masih banyak lagi sesuatu yang berpasang-pasangan.
Lho? Kok pendahuluannya begitu? Ada apa ini sebenarnya? Yang pasti sih, bukan ada udang dibalik batu, heheheh.
Ini cerita saya saat membuat pesanan kue ULTAH ke-14 kemarin. Semoga seterusnya saya bisa lebih berhati-hati, teliti, dan sabar dalam melakukan aktifitas apapun.
Saya menerima pesanan dari seorang pelanggan bernama Mukhliz Najamuddin. Kalau tidak salah, dia masih SMA dan tinggal di Katitting. Dia pesan kue ULTAH untuk Ibunya dan akan dia ambil sehabis magrib.
Anak ini mungkin belum pernah atau jarang belanja online. Dia bilang mau bayar kuenya dulu habis Jumat, takut saya mengira dia seorang penipu. Padahal, selama ini saya jualan lewat Facebook memang selalu begitu, pembayaran dilakukan ketika mengambil kuenya di rumah. Setelah menjelaskan panjang lebar, barulah si anak ini mengerti. ??
Menjelang pukul 15.00 sore, kue pesanan si Mukhliz selesai. Seperti biasa, saya akan mengabadikan foto kue buatan saya menggunakan HP Evercoss A74A pemberian kakak saya, Adil. Setelah beberapa kali jepret, kuenya saya pindahkan ke kotak kue lalu saya ambil lagi fotonya.
Nah, ketika memindahkan posisi kotak untuk mendapatkan foto yang bagus, tiba-tiba kotaknya terlepas dari tangan saya dan buukkk, kuenya terbalik. Saya bergegas memperbaiki posisi kue tersebut, berharap masih bisa diselamatkan. Tapi ternyata, malang tak bisa ditolak dan untuk tak bisa diraih. Kuenya hancur, saudara-saudara dan hati ini sungguh kecewa melihatnya. Mau marah, saya sendiri yang salah. Akhirnya saya coba mengendalikan emosi dan berpikir jernih. Yang harus saya lakukan sekarang adalah segera membuat kue baru sebagai pengganti kue yang hancur itu. Dan sebelum membuat kue yang baru, saya abadikan dulu gambar kue yang hancur tersebut, hitung-hitung jadi kenang-kenangan, heheheh.
Menjelang magrib kue yang baru akhirnya selesai juga. Cokelatnya belum membeku, tapi tak apalah, yang penting selesai dengan hasil yang cukup memuaskan.
Lalu, bagaimana dengan kue yang hancur itu? Nah, itulah mengapa pada pembukaan di atas saya tuliskan "bersama kerugian ada keuntungan". Saya memang rugi biaya dan tenaga karena harus membuat kue yang baru, tapi di sisi lain, saya bisa berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan sesama. Kue hancur itu saya potong-potong dan saya bagikan kepada saudara-saudara saya juga kepada kerabat dan teman-teman Khalil, adik saya. Alhamdulillah pada doyan jadi rasanya senang sekali.
Terimakasih ya Allah, saya belajar banyak dari kejadian kemarin. Bersyukur sekali karena bisa mengendalikan emosi di dada ini. Padahal, biasanya kalau berbuat salah, bakalan ngambek dan galau seharian, hahahaha.
Oh iya, sudah di penghujung tahun 2016 rupanya. Wah, bulan ini bulan teraktif saya di Dapur Ima. Terimakasih ya Allah atas penyertaan-Mu. Semoga kita bisa bertemu lagi ya tahun depan alias besok. Dan semoga saya semakin sehat, banyak pesanan dan rajin ngeblog. Aamiin.
Sampai bertemu di tahun 2017. ??
0 Response to "Jualan Kue Ulang Tahun (14) & Cerpennya"
Post a Comment